Thursday, July 17, 2008

Menjadi Polisi Lalu Lintas

Pernahkah anda membayangkan seperti ini?

Anda punya seorang pembantu rumah tangga. Namun sang pembantu seringkali membuat kesalahan-kesalahan elementer, seperti mencuci yang tidak bersih, menyapu dan mengepel juga masih menyisakan kotor, memecahkan piring dan gelas, dan kesalahan lainnya. Anda juga meminta agar pagi hari dia menyiram tanaman anda, dan kalau mau keluar malam jangan melebihi jam 9, kecuali ada acara khusus. Namun lagi-lagi dia seringkali alpa menyiram tanaman dan seringkali pulang malam. Tingkahnya sangat mengecewakan, tidak profesional dengan tingkat kinerja yang sangat rendah. Seminggu dua minggu, mungkin anda masih maklum. Lewat dari itu, saya yakin anda akan stress, marah dan kemungkinan besar memecat dia. Dan perkara memecat tentu tidak sulit, paling sulit pun bisa diatasi dengan membayar pesangon. Itu untuk kasus pembantu rumah tangga.

Dengan analogi tersebut, mari kita perhatikan tugas dan pekerjaan polisi lalu lintas. Tiap hari saya selalu lewat UKI-Cawang menuju tempat kerja. Dan setiap hari saya melihat pemandangan yang sama. Polisi mengayun-ayunkan tongkatnya, memberi perintah, agar mobil dan bis (kebanyakan mobil dan bis umum) tidak mengetem untuk mengambil penumpang. Sering saya lihat mereka marah-marah kepada para sopir yang ngetem, menaikkan atau menurunkan penumpang di tempat sembarangan. Saya perhatikan, mereka melakukan hal tersebut setiap hari, memberi perintah setiap hari, dan mungkin sekali marah-marah setiap hari, untuk hal dan atau kesalahan yang sama! Sekali lagi, hal yang sama! Bisakah anda bayangkan bila anda dalam posisi mereka?

Untuk kasus pembantu, dengan kesalahan yang seringkali dia ulang, dengan mudah kita bisa memecat mereka. Cari pembantu yang lebih bagus, masalah selesai! Bagaimana dengan polisi dan para pengemudi itu? Mungkin polisi, dengan prosedur yang lumayan rumit, bisa memecat mereka dari jalan raya dengan cara mencabut SIM para pengemudi tersebut. Persoalannya, ada ribuan pengemudi dengan tingkah seperti itu. Dan itu terjadi setiap hari.

Terus terang, ngeri saya membayangkan saya dalam posisi mereka. Saya pasti stress berat, menjadi sangat pemarah, dan mungkin akan mengidap semacam sopirophobia atau angkotophobia atau biskotaphobia. Belum lagi gaji yang mereka dapat – sepanjang yang saya dengar – sangat kecil.

Berangkat dari pemahaman tersebut, meski saya kadang kesal berat sama polisi, saya mencoba merasakan bagaimana beratnya dan mengesalkannya pekerjaan mereka. Sebagian dari kita mungkin ada yang berkata sinis, “Salah sendiri mau jadi polisi.” But it’s not the point, I think. The point is, we have to appreciate what ones do for their lives, whatever it is. More over, police does their job for the goodness of our society.

Buat bapak/ibu polisi, maju terus, berbuatlah yang terbaik, niscaya kami akan menghargai anda. Untuk pejabat dan para petinggi kepolisian, perlakukanlah mereka dengan lebih manusiawi, lahir maupun batin. Dan untuk para pengguna jalan, marilah kita taati peraturan lalu lintas. Percayalah, tertib itu indah.

Read More......

Friday, June 20, 2008

Tema dan Gaya Tulisan

Beberapa teman bilang bahwa content dan gaya tulisan saya terlalu serius, hingga mereka malas untuk membacanya. Mungkin tidak bagi beberapa orang, namun tampaknya benar bagi sebagian besar yang lain. Dalam dunia yg instan seperti ini, ketika arus informasi begitu cepat bergerak dan berganti, orang cenderung untuk mencerna informasi dengan cepat, tidak mau berlama-lama atau tenggelam dalam detail. Terlebih untuk hal-hal yang sifatnya filosofis dan tidak berhubungan (langsung) dengan kepentingan mereka.

Setiap jaman memiliki karakteristiknya masing-masing. Sebagai individu yg hidup dalam jaman seperti sekarang ini, pilihannya hanya dua, mengikuti arus utama atau keluar dari arus utama alias memilih arus alternatif. Keduanya memiliki konsekuensinya sendiri-sendiri, tinggal kita mau ambil konsekuensi yg mana. Pilihan yang dilakukan tentu akan berdasarkan tujuan dan sasaran tulisan itu sendiri, yang dibingkai dalam konteks kekinian.

Setelah saya pikir-pikir, baiklah, saya akan mencoba untuk memulai tulisan yang lebih mudah dicerna, pertama-tama melalui gaya penulisan. Untuk masalah content, masih sangat kondisional. Toh content yg serius ternyata dapat dikemas dengan ringan dan mudah dimengerti. Persoalannya adalah, saya tidak terbiasa melakukan hal tersebut. Tapi saya pikir, saya perlu untuk memulainya. Toh bagi saya, itu merupakan pembelanjaran yang Insya Allah berguna, amin.

Read More......

Friday, June 13, 2008

Mencermati Akar Gerakan FPI

Posting saya dalam beberapa hari ini selalu bertema gerakan agama atau keagamaan, terutama MUI dan FPI. Menurut istilah, tidak akan ada hujan di langit biru. Ya, saya tidak akan membahas ini bila tidak ada pemicunya. Gerakan MUI dan FPI akhir-akhir ini, seperti sering saya dengar dari beberapa diskusi, adalah cerminan gerakan kaum fundamentalis di Indonesia. Menjadi semakin berbahaya di tengah masyarakat kita yang miskin, dengan jumlah pengangguran yang tinggi dan tingkat pendidikan rendah. Tanpa tindakan yang tepat, maka sangat mungkin akan muncul konflik horizontal yang menjerumuskan bangsa ini semakin dalam ke lembah kesengsaraan. Maka dari itu, perlu disampaikan pemahaman bahwa sebenarnya Islam tidak hanya mereka. Islam justru berwarna-warni dalam kerangka berlomba-lomba dalam kebaikan. Berikut adalah tulisan tentang akar ideologis gerakan FPI.Tulisan Bapak Sayed Mahdi Al-Jamalullail, yang dapat juga diakses blog beliau.

Kaum Islamis dan Neo-Fundamentalis menyerukan rekonstruksi sosial dan moralitas dengan berdasarkan pada seruan kembali kepada Al-Qur'an dan Hadis. Mereka ingin menemukan kembali ajaran Islam tanpa ada deviasi historis, dan distorsi yang berasal dari nalar, sambil menyingkirkan segala tradisi budaya juga adat istiadat lokal yang menempel di ajaran Islam. Mereka ingin memisahkan diri dari islam tradisional yang telah mewujudkan dirinya selama 1400 tahun akumulasi tradisi pemikiran dalam kitab-kitab khazanah klasik dan kultur tradisional masyarakat-masyarak at Muslim. Akumulasi ilmu-ilmu islam ini dianggap sebagai penghambat jalan ke arah pemurnian Islam, jalan kembali kepada Al-Qur'an dan Hadis.

Mereka menampilkan pemutusan tajam dengan tradisi-tradisi keislaman dan pada saat yang sama menyerukan kembali ke masa lalu yang dibayangkan murni, masa lalu yang dikukuhkan kembali secara berbeda dari realitas sejarahnya, masa lalu yang steril dari segala "tahyul, bid'ah dan khurafat" yang tidak hanya berbentuk ziarah kubur waliyullah, penghargaan adat-istiadat lokal, tetapi termasuk juga tradisi fiqih-ushul fiqih madzhab, ilmu kalam, filsafat Islam, dan tentu saja tasawuf-thariqat.

Ketua FPI, Muhammad Rizieq Shihab, walaupun tidak menjadi Wahabi, dan bukanlah penganjur Wahabi tulen, tampaknya telah mengadopsi mentalitas Wahabisme Saudi dari tempat ia belajar: LIPIA (sekarang ada di Warung Buncit, di depan Kantor Harian Republika) dan Universitas Ibnu Su'ud di Riyadh. Jika kolega-kolega Wahabinya mengambil bentuk permusuhan terhadap musuh-musuh alamiah Wahabi, maka Rizieq Shihab menampilkan model Islam konfrontatifnya terhadap apa yang ia pandang maksiat atau kesesatan.

FPI (dan kelompok islamis dan neo-fundamentalis lainnya seperti HTI, MMI, dan lain sebagainya) hanyalah salah satu puncak gunung es fundamentalisme Islam yang bagian terbesarnya di bawah air menjangkau ke ajaran-ajaran Muhammad bin Abdul Wahab, pendiri gerakan Wahabi di Nejd pada abad ke 18, dan persilangannya dengan gerakan salafi modernis Islam. Muhammad ibn Abd al-Wahhab (1703-1792) memutuskan untuk memisahkan diri dari Kekhalifahan Turki Usmani dan mendirikan negara sendiri di Arabia Tengah dan wilayah Teluk Persia. Kembali kepada Al-Qur'an dan Hadis adalah kredonya, sekaligus membuang semua fiqih-usul fiqih, tasawuf, dan falsafah warisan abad pertengahan. Ibn Abdul Wahhab menyatakan bahwa para Khalifah Turki Usmani adalah kafir, kerena mereka telah murtad dari Islam.

Dari sejak berdirinya hingga sekarang, aliran Wahabi ini melakukan aksinya dengan dua fokus kerja besar:

1. Penghancuran ekspresi kultur Islam tradisional. Kultur Islam tradisional ini dipandang oleh kaum Wahabi sebagai tahyul, bid'ah, dan khurafat. Ini terentang mulai dari ziarah kubur waliyullah, kesenian tradisional, praktik sufisme populis, adat istiadat lokal yang telah membaur dengan ekspresi Islam populis seperti perayaan maulid, dsb.

2. Pengkafiran dan menuding sesat (ini adalah bentuk penghancuran kultur Islam tradisionalis dalam ranah pemikiran) para ulama dalam 4 pilar tradisi intelektual spiritual Islam (Fiqih-Ushul Fiqih Madzhab, Tasawuf-Thariqat, Filsafat Islam, dan Ilmu Kalam Asy'ariyah-Maturidiyah)

Wahabi inilah yang menjelma menjadi aliran neo-fundamentalis di seluruh dunia setelah booming petro dolar Saudi di awal 70-an. Neo- fundamentalis Wahabi ini terkadang adalah mereka yang mengalami convert atau "pemurtadan", dari Islam tradisional lalu dibrainwashed oleh lembaga-lembaga Pendidikan Islam Wahabi di Saudi Arabia atau filialnya (seperti LIPIA di Warung Buncit Jakarta) menjadi Wahabi yang kaffah atau minimal memiliki mentalitas Wahabi.

Di antara pemula ormas Islam neo-fundamentalis penerima dana Saudi yang beragenda Wahabisme adalah DDII (Dewan Dakwah Islam Indonesia), dari lembaga inilah pada tahun 80-an kita mulai mendengar adanya kristenisasi di Indonesia, bersamaan dengan eksploitasi permusuhan dan kebencian kepada kelompok Nasrani di Indonesia. Dari Majalah Media Dakwah terbitan DDII inilah semangat kebencian dan permusuhan kepada kelompok yang berbeda dengan mereka mulai disemai dengan baik, dengan bantuan uang Saudi Wahabi.

Gerakan modernis Islam yang digagas oleh Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad `Abduh, dan Sayed Rayid Ridha pada abad ke 19-awal abad 20 adalah satu gerakan pembaruan Islam yang pada awalnya bercita-cita baik, tetapi pada akhirnya malah membentuk ruang vakum otoritas dalam Islam Sunni. ini adalah efek samping dari gerakan reformis-modernis, penganjuran ijtihad sebagai bentuk pembebasan diri dari madzhab-madzhab, dan kembali ke Al-Qur'an dan Hadis. Gerakan Salafi tiga besar ulama modernis ini akhirnya hanya membesar di sisi kanan, yang melahirkan tokoh-tokoh Islamis seperti Hasan al-Banna, Abul A'la al-Maududi, Quthub, Sa'id Hawwa, Mustafa As-Siba'i, lalu bercampur baur dengan gagasan-gagasan Wahabi hingga melahirkan orang-orang seperti Osama bin Laden dan para Thaliban di Afghanistan. Dari Hasan Al-Banna dan Quthub, gagasan-gagasan sisi kanan Salafi ini disuburkan dalam Ikhwanul Muslimin, dan kemudian diekspor ke Indonesia melalui pengajian-pengajian Usrah kampus, yang akhirnya berevolusi menjadi partai politik PKS.

Sisi kiri gerakan salafi yang diwariskan Muhammad `Abduh ini adalah gerakan-gerakan neo-modernis (yang menurut saya adalah ahli waris paling absah dari gerakan pembaruan Islam dari garis Muhammad `Abduh) yang diwakili oleh almarhum Nurcholish Madjid, Dawam Rahardjo, dan Dr. M. Syafi'i Anwar (salah satu korban insiden 1 juni 08 di Monas) di Indonesia. Sementara di Timur Tengah dan India diwakili oleh Muhammad Khalafallah, Amin Al-Khuli, Sayyid Mahmud Al-Qimny, Muhammad Al-Ghazali, Fazlur Rahman, Al-Faruqi, Nashr Hamid Abu Zaid, dan Hassan Hanafi. Sisi kiri Salafi ini juga dibombardir dengan tuduhan sesat sejak dulu oleh kaum Wahabi dan "saudara kandung"nya di sisi kanan Salafi.

Kalau kita mengikuti alur berfikir kelompok islamis dan neo-fundamentalis yang memandang Ahmadiyah sesat, maka dimana pola fikir penyesatan ini akan berakhir? Ini akan berakhir dalam konflik horizontal ketika satu kelompok mengklaim mereka adalah pengikut Qur'an-Sunnah yang sebenarnya (dalam versi Wahabi-Salafi, karena dua kelompok inilah yang mengeksploitasi pendekatan harfiyah terhadap Qur'an-Sunnah dan selalu berkata "di dalam Islam..", "menurut Islam….", "Islam berkata…" sehingga siapa pun yang berbeda pendapat dengan mereka menjadi otomatis berada di luar Islam), sementara yang lainnya adalah kelompok sesat atau minimal bid'ah.

Dalam sebuah fatwa para ulama Islam Wahabi di Saudi Arabia yang dikeluarkan pada tahun 1991 ( jilid 3: halaman 344) oleh al-Lajnah al-Da'imah li al-Buhuts al-`Ilmiyyah wa al-Ifta' dinyatakan bahwa Syaikh Sayyid `Abdul Qadir al-Jailani (pendiri thariqat Qadiriyah yang diamalkan oleh banyak ulama Nahdlatul `Ulama dan juga ulama Islam tradisionalis lain di Indonesia, Malaysia, dan Thailand Selatan) dan Syah Waliyullah Ad-Dihlawi (ulama reformer di India) adalah kafir dan musyrik.

Para ulama fiqih (sebagian besar mereka juga mufassir Al-Qur'an) yang juga dituduh kafir dan sesat oleh pendiri Wahabi (Ibn Abdul Wahhab) sendiri antara lain adalah Fakhruddin ar-Razi (wafat 606H/1210M), Abu Sa'id al-Baydhawi (wafat 710H/1310M), Abu Hayyan al-Gharnati (wafat 745H/1344M), al-Khazin (wafat 741H/1341M), Muhammad al-Balkhi (wafat 830H/1426M), Shihabuddin al-Qastalani (w.923/1517M) , Abu Sa'ud al-`Imadi (w. 982H/1574M), dan masih banyak lagi.

Dalam logika berfikir penyesatan kelompok lain ini, maka pada akhirnya kelompok sesat dan bid'ah ini tidak hanya Ahmadiyah (perlu diingat bahwa ada tidaknya nabi yang tidak membawa risalah setelah Nabi Muhammad adalah problem khilafiyah dalam filsafat Islam, dan Tasawuf falsafi. Tidak lebih parah dari problem khilafiyah dalam filsafat Islam tentang Tuhan hanya mengetahui yang partikular seperti dikatakan Ibnu Rusyd, dan Tuhan mengetahui segala-galanya seperti yang dikatakan Al-Ghazali, atau perkataan Ana al-Haqq oleh Al-Hallaj, dan para Wali itu lebih utama dari pada para Nabi seperti yang dikatakan oleh Ibnu `Arabi), tetapi terentang mulai dari Islam Syi'ah; pengikut thariqat-thariqat sufi yang hobi zikir dan sholawat beraneka macam; ulama nahdliyyin yang masih tabarrukan, ziarah ke kuburan waliyullah, dan mengamalkan talqin dan tawassul; aktivis Jaringan Islam Liberal; pemikir Islam yang mencoba mengaplikasikan gagasan-gagasan rasional filsafat barat ke dalam kajian Islam; ulama fiqih madzhab (dengan nalar ushul fiqih tradisionalnya) yang mencoba mengkritik gagasan kaum fundamentalis yang selalu berkata "menurut Islam.."; cendekiawan Islam Sunni yang mengadopsi pemikiran Abdul Karim Soroush dan Mohsen Kadivar yang Syi'i, aktivis religius sinkretik yang memadukan zikir naqsyabandi dengan reiki, kundalini dan yoga; …… saya yang menulis artikel ini dan juga Anda yang menyetujui.

Sebelum dikuasai aliansi klan Sa'ud-Wahabi, Kota Makkah-Madinah adalah lokus intelektual dan spiritual Islam paling kaya. Semua representasi Madzhab Fiqih ada di sini. Para Fuqaha Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hanbali, Syi'ah Jakfari, Zhahiri dan cabang-cabang di bawahnya menyambut para jamaahnya masing-masing di setiap musim haji. Seluruh Thariqat sufi juga memiliki mursyidnya di Mekkah – Madinah. Qadiriyah, Rifa'iyyah, Naqsyabandiyah, Syadziliyah, Syistiyyah, Sammaniyah dan lain sebagainya. Dari Thariqah yang mu'tabarah hingga yang ghairu ma'tabarah. Sekarang ini semua tinggal kenangan.

Para Ulama Islam tradisionalis yang memiliki keterikatan dengan akumulasi khazanah tradisi pemikiran Islam sebenarnya mirip dengan kaum intelektual Barat yang memiliki keterikatan dengan tradisi pemikiran masa lalu Barat, keterikatan yang malah lebih dalam, koheren, dan integral. Kita bisa melihat dalam tradisi filsafat Barat, dari para pemikir skolastik ke Rene Descartes, David Hume, Immanuel Kant, Hegel, Edmund Husserl, hingga filsuf eksistensialis, adanya dialog filosofis yang masih tetap berlanjut. Kitab-kitab filsafat kuno masih tetap dibaca, sebagian besar istilah teknis masih dipakai, bahkan dalam konteksnya yang telah ditransformasikan. Hal ini tidak berbeda dengan para ulama fiqih tradisionalis yang lebih dahulu membuka kitab fiqih Tuhfatul Muhtaj karangan Ibnu Hajar al- Haitami, kitab-kitab Qawaid Fiqhiyyah, dan Kitab Ushul Fiqih Al- Mushtasfa karangan Al-Ghazali untuk menjawab masalah kontemporer, ketimbang mencomot satu dua ayat Al-Qur'an, plus hadis, lalu berkata "… menurut Islam, …." dengan semangat kembali kepada Al- Qur'an dan Hadis seperti yang kerap dilakukan kaum Neo-fundamentalis dan Islamis.

Sekarang Madzhab Hanafi telah punah dari Hijaz. Sejak tahun 1925 para ulama Madzhab Syafi'i dilarang mengimami shalat di Masjidil Haram di Makkah. Begitu juga halnya dengan Madzhab Maliki. Seorang ulama besar Madzhab Maliki, Sayed Muhammad Alwi Al-Maliki juga dilarang memberi khutbah di Masjidil Haram maupun Masjid Nabawi di Madinah. Padahal lebih dari 1000 tahun secara turun temurun para ulama madzhab Maliki menjadi identik dengan Madinah. Sayed Muhammad Alwi Al Maliki dituduh oleh Wahabi sebagai seorang sufi, sesat dan murtad. Apalagi Madzhab Syi'ah, di bawah penguasa Wahabi Saudi mereka mengalami penghancuran karakter secara sistematis. Thariqat-thariqat Shufi? Mereka semua dianggap sesat, kafir, dan murtad. Yang berhak menyandang nama Islam hanyalah Wahabi. Madzab Hanbali dan Ibnu Taimiyah? Itu boleh, sebatas masih terakomodasi dalam batas-batas akidah Wahabi. Kitab Majmu' Fatwa karangan Ibnu Taimiyah sendiri pun telah mengalami penyuntingan agar sesuai dengan akidah Wahabi, beberapa bab yang tidak sesuai dengan akidah Wahabi, dihilangkan dalam edisi terbitan kitab itu di Saudi Arabia.

Pola inilah yang telah dan sedang diekspor oleh Wahabi-Salafi (Neo Fundamentalis- Islamis) melalui agen-agennya ke seluruh dunia.

Masihkah kita berdiri menjadi makmum di belakang kelompok ini sambil menuding Ahmadiyah sesat, lalu setelah itu kelompok B, C, juga dituding sesat lalu kita sendiri juga dihadapkan pada dua pilihan menjadi Wahabi-Salafi atau menjadi kelompok sesat…

Read More......

Thursday, June 12, 2008

Daftar Aksi FPI

FPI atau Front Pembela Islam lebih tepat disebut sebagai Front Premannya Islam. Tindakan-tindakan kekerasan secara bodoh mereka lakukan berulang-ulang. Sebuah bunuh diri yang konyol bagi citra Islam. Sebagai orang Islam, saya sangat sedih atas tindakan-tindakan mereka. Dan saya sangat keberatan mereka menggunakan label Islam, atau mengklaim mewakili umat Islam. Bagi saya, organisasi seperti ini tidak perlu ada. Namun selama kondisi masyarakat kita masih seperti sekarang: bodoh, pengangguran, miskin, disertai ketimpangan sosial yang dalam, maka dia akan tumbuh subur. Ketegasan aparat hukum menjadi kunci penyelesaiannya. Tanpa itu, teror mereka akan makin menghantui masyarakat yang tengah susah ini. Berikut adalah daftar aksi-aksi mereka, yang kiranya dapat menjadi gambaran betapa berbahayanya organisasi ini.

DAFTAR AKSI FRONT PEMBELA ISLAM

1 9 9 8

13 November Menyampaikan aspirasi ke Sidang Istimewa MPR 1998 tentang “Tuntutan Rakyat” yang menghendaki: - Pencabutan Pancasila sebagai Azas Tunggal - Pencabutan P4 - Pencabutan Lima Paket Undang-undang Politik - Pencabutan Dwi Fungsi ABRI dari Badan Legislatif atau Eksekutif - Penghargaan Hak Azasi Manusia - Pertanggungjawaban mantan Presiden Republik Indonesia Soeharto - Permohonan Maaf GOLKAR sebagai Penanggung Jawab Orde Baru

1 9 9 9

24 Mei DPP-FPI dengan Laskar-nya berhasil menangkap oknum mahasiswa Universitas Tarumanegara yang bernama Pilipus Cimeuw yang telah menurunkan spanduk FPI yang dipasang di jembatan penyeberangan di depan kampusnya karena tersinggung dengan isi tulisan spanduk yang berbunyi “Awas waspada! Zionisme & Komunisme Masuk di Segala Sektor Kehidupan”. Dua rekannya, Mario dan Iqbal melarikan diri

24 Juni DPP-FPI mengeluarkan sikap tentang Penolakan Calon Presiden Wanita

25 September DPP-FPI mengeluarkan Surat Pernyataan tentang Penolakan Undang-Undang Penanggulangan Keadaan Bahaya (UU PKB)

25 September DPP-FPI mengeluarkan Surat Pernyataan tentang bahaya Forkot dan Famred sebagai kelompok mahasiswa kiri

2 0 0 0

24 Juni DPP-FPI mengeluarkan Surat Pernyataan tentang Tuntutan Pembubaran Komnas HAM dan Laskar Pembela Islam menyerbu Gedung Komnas HAM karena kecewa atas kinerjanya yang diskriminatif terhadap persoalan ummat Islam.

10 Agustus DPP-FPI mengeluarkan Surat Pernyataan tentang Maklumat Pengembalian Piagam Jakarta

15 Agustus Mabes-LPI mengeluarkan Pernyataan Sikap tentang penolakan Calon Presiden Wanita

9 Oktober Mabes-LPI mengeluarkan Surat Pernyataan tentang Seruan Tolak Israel.

24 Desember Presiden RI ke-4, Gus Dur lewat Dialog di SCTV, mengultimatum pembubaran FPI.

2 0 0 1

27 Agustus Ratusan massa yang tergabung dalam Front Pembela Islam (FPI) berunjuk rasa di depan Gedung DPR/MPR. Mereka menuntut MPR/DPR untuk mengembalikan Pancasila sesuai dengan Piagam Jakarta

9 Oktober FPI membuat keributan dalam aksi demonstrasi di depan Kedutaan Amerika Serikat dengan merobohkan barikade kawat berduri dan aparat keamanan menembakkan gas air mata serta meriam air.

15 Oktober Polda Metro Jaya menurunkan sekitar seribu petugas dari empat batalyon di kepolisian mengepung kantor Front Pembela Islam (FPI) di Jalan Petamburan III Jakarta Barat dan terjadi bentrokan

7 November Bentrokan terjadi antara laskar Jihad Ahlusunnah dan Laskar FPI dengan mahasiswa pendukung terdakwa Mixilmina Munir di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan. Dua orang mahasiswa terluka akibat dikeroyok puluhan laskar.

2 0 0 2

15 Maret Panglima Laskar Front Pembela Islam (FPI), Tubagus Muhammad Sidik menegaskan, aksi sweeping terhadap tempat-tempat hiburan yang terbukti melakukan kemaksiatan, merupakan hak masyarakat. Satu truk massa FPI (Front Pembela Islam) mendatangi diskotik di Plaza Hayam Wuruk. Sekitar 300 masa FPI merusak sebuah tempat hiburan, Mekar Jaya Billiard, di Jl. Prof Dr. Satrio No.241, Karet, Jakarta.

21 Maret DPP-FPI mengeluarkan Surat Pernyataan Protes Keras terhadap Filipina yang telah melakukan rekayasa intelijen dalam penangkapan para aktivis dakwah Islam.

24 Maret Sekitar 50 anggota FPI mendatangi diskotek New Star di Jl. Raya Ciputat. FPI menuntut agar diskotek menutup aktivitasnya.

24 Mei Puluhan massa dari Front Pembela Islam (FPI) di bawah pimpinan Tubagus Sidiq menggrebek sebuah gudang minuman di Jalan Petamburan VI, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

26 Juni Usai berunjuk rasa menolak Sutiyoso di Gedung DPRD DKI (1), massa Front Pembela Islam (FPI) merusak sejumlah kafe di Jalan Jaksa yang tak jauh letaknya dari tempat berunjuk rasa. Dengan tongkat bambu, sebagian dari mereka merusak diantaranya Pappa Kafe, Allis Kafe, Kafe Betawi dan Margot Kafe.

5 Agustus Milad FPI ke-4 dengan tema Pawai Hukum Islam.

14 Oktober Sekitar 300 orang pekerja beberapa tempat hiburan di Jakarta melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung DPRD DKI. Mereka menuntut pembubaran Front Pembela Islam (FPI) yang mereka anggap telah melakukan aksi main hakim sendiri terhadap tempat hiburan. (Tempo Interaktif)

16 Oktober Pemeriksaan dengan penjagaan ketat terhadap Ketua Umum FPI Habib Rizieq di rumah tahanan Polda Metro Jaya dengan tuduhan penghinaan terhadap kepolisian lewat Dialog di SCTV dan Trans-TV.

6 November

Lewat rapat singkat yang dihadiri oleh sesepuh Front Pembela Islam (FPI), maka Dewan Pimpinan Pusat FPI, mengeluarkan maklumat pembekuan Laskar Pembela Islam di seluruh Indonesia untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

2 0 0 3

20 Januari Front Pembela Islam (FPI) bersama Forum Ulama Se-Jawa dan Sumatra menuntut pemerintahan Megawati Soekarnoputri diganti jika dalam waktu satu bulan tidak bisa menyelesaikan masalah kenaikan harga BBM, tarif dasar listrik, dan telepon, serta masalah bangsa lainnya.

20 April Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab ditahan di Markas Polda Metro Jaya Jakarta (1) setelah dijemput paksa dari Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng

21 April Habib Rizieq Sihab Dilarikan Pendukungnya Secara Paksa.Menjelang Maghrib, Habib Rizieq menyerahkan diri ke Rumah Tahanan Salemba.

22 Mei Koordinator lapangan laskar Front Pembela Islam (FPI) Tubagus Sidik bersama sepuluh anggota laskar FPI menganiaya seorang pria di jalan tol, dan mereka ditangkap 23 Mei.

1 Juli Rizieq menyesal dan berjanji akan menindak anggota FPI yang melanggar hukum negara di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

11 Agustus Majelis hakim memvonis Habib Rizieq dengan hukuman tujuh bulan penjara.

19 November Ketua FPI Habib Rizieq bebas.

18 Desember Menurut Ahmad Sobri Lubis, Sekretaris Jenderal FPI, usai bertemu Wakil Presiden Hamzah Haz di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Front Pembela Islam (FPI) berjanji akan mengubah paradigma perjuangannya, tidak lagi menekankan pada metode perjuangan melalui gerakan massa dan kelaskaran. Perjuangan lebih ditekankan lewat pembangunan ekonomi, pengembangan pendidikan dan pemberantasan maksiat melalui jalur hukum.

2 0 0 4

22 Agustus DPP-FPI menyatakan sikap untuk Golput terhadap Pemilu Presiden putaran ke-2. (Tempo Interaktif)

3 Oktober FPI menyerbu pekarangan Sekolah Sang Timur sambil mengacung-acungkan senjata dan memerintahkan para suster agar menutup gereja dan sekolah Sang Timur. Front Pembela Islam(FPI) menuduh orang-orang Katolik menyebarkan agama Katolik karena mereka mempergunakan ruang olahraga sekolah sebagai gereja sementara, yang sudah digunakan selama sepuluh tahun.

11 Oktober FPI Depok Ancam Razia Tempat Hiburan.

22 Oktober FPI melakukan pengrusakan kafe dan keributan dengan warga di Kemang

24 Oktober Gereja Kristen Injili Nusantara yang berlokasi di Perumahan Puri Kosambi, Karawang dirusak oleh sekitar 500 massa yang tergabung dalam Front Pembela Islam (FPI) dan berasal dari daerah Cikampek dan Klari

24 Oktober Front Pembela Islam melalui Ketua Badan Investigasi Front FPI Alwi meminta maaf kepada Kapolda Metro Jaya bila aksi sweeping yang dilakukannya beberapa waktu lalu dianggap melecehkan aparat hukum.

25 Oktober Ketua MPR yang juga mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hidayat Nurwahid dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengecam cara-cara kekerasan yang dilakukan Front Pembela Islam (FPI) dalam menindak tempat hiburan yang buka selama Bulan Ramadhan

28 Oktober Meski menuai protes dari berbagai kalangan, Front Pembela Islam (FPI) tetap meneruskan aksi sweeping di bulan Ramadhan menurut Sekretaris Jenderal FPI Farid Syafi'i. Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafi'i Ma'arif meminta aksi-aksi sepihak yang dilakukan Front Pembela Islam (FPI) terhadap kafe-kafe di Jakarta dihentikan. Dia menilai, apa yang dilakukan FPI merupakan wewenang pemerintah daerah dan kepolisian.

23 Desember Sekitar 150 orang anggota Front Pembela Islam terlibat bentrok dengan petugas satuan pengaman JCT (Jakarta International Container Terminal).

2 0 0 5

27 Juni FPI menyerang Kontes Miss Waria di Gedung Sarinah Jakarta

2 Agustus Dewan Pimpinan Wilayah Front Pembela Islam (FPI) Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, meminta pengelola Taman Kanak-kanak Tunas Pertiwi, di Jalan Raya Bungursari, menghentikan kebaktian sekaligus membongkar bangunannya. Jika tidak, FPI mengancam akan menghentikan dan membongkar paksa bangunan.

5 Agustus FPI dan FUI mengancam akan menyerang Jaringan Islam Liberal (JIL) di Utan Kayu

7 Agustus *Peristiwa penutupan Gereja Kristen Kemah Daud (GKKD) di Kampung Warung Mekar, Ds. Bungursari RT 6 / RW 3, Kec. Bungursari, Kab. Purwakarta oleh Front Pembela Islam (FPI) Wilayah Purwakarta

23 Agustus Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Abdurrahman Wahid meminta pimpinan tertinggi Front Pembela Islam (FPI) menghentikan aksi penutupan paksa rumah-rumah peribadatan (gereja) milik jemaat beberapa gereja di Bandung. Pernyataan itu disampaikan Wahid untuk menyikapi penutupan paksa 23 gereja di Bandung, Cimahi, dan Garut yang berlangsung sejak akhir 2002 sampai kasus terakhir penutupan Gereja Kristen Pasundan Dayeuhkolot, Bandung pada 22 Agustus 2005 lalu.

5 September Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan oleh FPI

22 September FPI memaksa agar pemeran foto bertajuk Urban/Culture di Museum Bank Indonesia, Jakarta agar ditutup

16 Oktober FPI mengusir Jamaat yang akan melakukan kebaktian di Jatimulya Bekasi Timur

23 Oktober FPI kembali menghalangi jamaat yang akan melaksanakan kebaktian dan terjadi dorong mendorong, aparat keamanan hanya menyaksikan saja.

18 Oktober Anggota Front Pembela Islam (FPI) membawa senjata tajam saat berdemo di Polres Metro Jakarta Barat.

2 0 0 6

19 Februari Ratusan massa Front Pembela Islam berunjuk rasa ke kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat dan melakukan kekerasan

14 Maret FPI membuat ricuh di Pendopo Kabupaten Sukoharjo

12 April FPI menyerang dan merusak Kantor Majalah Playboy

20 Mei Anggota FPI menggerebek 11 lokasi yang dinilai sebagai tempat maksiat di Kampung Kresek, Jalan Masjid At-Taqwa Rt 2/6, Jati Sampurna, Pondok Gede

21 Mei Dalam aksi mendukung RUU APP, FPI, MMI dan HTI menyegel kantor Fahmina Institute di Cirebon

23 Mei FPI, MMI, HTI, dan FUI meminta klarifikasi KH Abdurrahman Wahid dalama forum Dialog Lintas Etnis dan Agama di Purwakarta Jawa Barat, atas pernyataannya yang menghina al-Qur'an sehingga acara berakhir sebelum waktunya. Namun mendadak sejumlah media massa mengabarkan Gus Dur diusir dari forum sehingga memicu kemarahan pendukungnya. Lihat juga: Gus Dur Bantah Diusir Ormas-ormas Islam di Purwakarta

25 Mei FPI melakukan perusakan terhadap sejumlah tempat hiburan dan warung minuman di Kampung Kresek, Jatisampurna, Bekasi. Front Pembela Islam (FPI) cabang Bekasi, mengepung kantor Polres Metro Bekasi.

2 0 0 7

25 Januari Ratusan orang anggota FPI, yang dipimpin oleh Habib Rizieq, mendatangi markas Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) untuk meminta dilakukannya investigasi terhadap serangan yang dilakukan Polri di kawasan Tanahruntuh, Poso, Sulawesi Tengah beberapa hari sebelumnya. Kawasan ini telah lama ditengarai sebagai pusat gerakan teror JI yang dilakukan di Kabupaten Poso.

29 Maret Massa FPI yang jumlahnya ratusan orang tiba-tiba menyerang massa Papernas yang rata-rata kaum perempuan di kawasan Dukuh Atas, pukul 11.20 WIB. FPI menuduh bahwa Papernas adalah partai politik yang menganut paham Komunisme.

29 April Massa FPI mendatangi acara pelantikan pengurus Papernas Sukoharjo karena tidak suka dengan partai tersebut yang dituduh beraliran komunis.

1 Mei Aksi peringatan Hari Buruh Internasional May Day 2007, diwarnai ketegangan antar gabungan massa aksi Front Pembela Islam (FPI) dan Front anti Komunis Indonesia (FAKI) dengan massa Aliansi Rakyat Pekerja Yogyakarta (ARPY). Ketegangan yang terjadi di depan Museum Serangan Oemoem 1 Maret Yogyakarta tersebut karena FPI dan FAKI menuduh gerakan ARPY terkait dengan Partai Persatuan Nasional (Papernas) yang menurut mereka beraliran komunis. Kericuhan hampir memuncak saat seorang massa FAKI menaiki mobil koordinator aksi, dan dengan serta merta menarik baju koordinator ARPY yang saat itu sedang berorasi.

9 Mei Puluhan anggota FPI mendatangi diskotek "Jogja Jogja" dan mengusir orang-orang yang bermaksud mengunjungi tempat hiburan ini. Alasannya, diskotek ini menggelar striptease secara rutin.

12 September FPI merusak rumah tempat berkumpul aliran Wahidiyah, karena menganggap mereka sesat.

28 September FPI Jakarta bentrok dengan polisi yang membubarkan konvoi mereka, sementara di Jawa Tengah FPI memukul seorang warga dengan alasan kurang jelas.

2 0 0 8

1 Juni FPI menganiaya AKKBB yg sedang merayakan hari lahir Pancasila.

Read More......

Tuesday, June 10, 2008

Pluralisme dalam al-Quran

Memprihatinkan. Itulah kata untuk menggambarkan kondisi bangsa Indonesia saat ini. Kenaikan harga BBM yang makin menyulitkan kehidupan masyarakat telah diambil pemerintah. Di saat yang bersamaan, konflik horizontal berbasis agama mengemuka dan mencederai keharmonisan kehidupan umat beragama di Indonesia. Di tengah kondisi yang makin berat ini, sebaiknyalah kita berpikir lebih jernih dan bijak. Kita harus belajar keras untuk hidup di tengah umat yang beragam, untuk dapat membangun bangsa ini menjadi lebih baik. Berikut ini adalah salah satu tulisan Prof Jalaluddin Rakhmat tentang pluralisme dalam al-Quran, yg semoga dapat menjadi inspirasi dan bahan perenungan dalam kita melangkah...

Pluralisme dalam Al-Quran oleh Jalaluddin Rakhmat

“Mereka berkata: Tidak masuk surga kecuali Yahudi atau Nashara. Itulah angan-angan hampa mereka. Katakan: Tunjukkan buktimu, jika kalian benar.

“Sungguh, orang yang pasrah sepenuhnya kepada Allah sambil berbuat baik, maka baginya pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut bagi mereka dan tidaklah mereka berdukacita. ”

“Berkata Yahudi: Nashara tidak akan mendapatkan apa-apa. Berkata Nashara: Yahudi tidak mendapatkan apa-apa. Padahal mereka membaca. Seperti itu juga berkata orang-orang yang tidak mengerti, seperti pembicaraan mereka. Maka Allah akan menyelesaikan pada hari kiamat apa yang mereka perselisihkan.”

(Al-Baqarah 111-113)

Gamal al-Banna adalah aktivis Muslim, anggota al-Ikhwan al-Muslimun. Kita mungkin menyebutnya fundamentalis dan anti-Barat. Ia berjuang untuk menegakkan “negara tawhid”, negara yang berdasarkan kalimat La ilaha Ilallah. Perjalanan hidupnya, riwayat perjuangannya, dan kisah-kisah kegagalannya mengantarkannya kepada sebuah refleksi yang mendalam. Ia “mengunjungi kembali” pemikiran Islamnya. Di balik terali penjara, dalam ancaman penguasa (Muslim) yang tidak berperi kemanusiaan, di tengah-tengah hiruk pikuk Kairo yang menyesakkan, ia menemukan epifani. Ia melihat dunia dengan cara yang baru. Marilah kita ikuti permenungannya:

Di negara-negara yang tidak memeluk Islam, masyarakatnya bekerja dengan gigih dan ikhlas. Mereka memiliki kejujuran dalam berkata, profesionalisme, menepati janji dan akhlak-akhlak baik lainnya. Mereka juga menganggap kebohongan pejabat dalam memberikan keterangan atas satu perkara di depan pengadilan atau institusi negara merupakan kejahatan besar yang tidak bisa diampuni kecuali dengan pemecatan. Contohnya adalah kasus yang menimpa Nixon yang menuduh musuh politiknya melakukan tindakan mata-mata. Begitu juga dengan Clinton yang memiliki ‘hubungan khusus’ dengan salah seorang pegawai gedung putih. Mereka menerima celaan, cacian dan denda yang tidak sedikit. Sedangkan sebagian besar pemimpin di negara-negara muslim selalu melakukan kebohongan publik dan penyelewengan. Kerja mereka hanya menindas dan mengekang. Atas dasar alasan ini, maka masyarakat Eropa bisa jadi lebih dekat dengan Allah dan idealisme Islam dibanding banyak masyarakat yang mengaku sebagai pemeluk Islam.

Saya ingat masa ketika saya berada dalam tahanan di Tursina bersama orang-orang ikhwanul Muslimin pada tahun 1948. Ketika itu tempat tahanan berada di tengah padang pasir yang di malam hari terang dengan berbagai cahaya lampu yang dipasang untuk mempermudah penjagaan. Pemasangan lampu itu dilakukan oleh para tahanan yang memiliki keahlian dalam kelistrikan. Mereka juga menggunakan listrik untuk memanaskan air, mandi dan memasak. Saya berkata kepada mereka bahwa Thomas Alfa Edison akan masuk surga karena telah menemukan lampu yang kemudian digunakan oleh manusia sebagai penerang. Mendengar ucapan saya, mereka menolak dengan keras, “Tidak, karena dia tidak beriman kepada Allah dan RasulNya.” Mereka seolah menganggap bahwa Islam telah dikenal di Amerika dan Rasulullah telah mengajak Edison kepada Islam. Oleh karena itu mereka menolak pendapat saya.

Saya membalas penolakan mereka dengan mengutip firman Allah,

“Katakanlah, ‘Andai kalian menguasai gudang-gudang rahmat Tuhanku, kalian pasti akan menahannya karena takut untukk berderma. Sesungguhnya manusia sangat kikir’.” (QS.Al-Isra: 100)

Sudah saatnya bagi para dai Islam untuk mengetahui bahwa mereka tidak dituntut untuk mengislamkan orang-orang yang beragama selain Islam. Mereka tidak berhak mengklaim bahwa selain orang Islam akan masuk neraka, karena kunci-kunci surga bukan di tangan mereka. Sikap seperti itu merupakan pelanggaran keras terhadap wewenang Allah. Yang dituntut dari para dai, setelah al-Quran mengatakan, “Wahai orang-orang yang beriman, diri kalian adalah tanggung jawab kalian. Orang yang tersesat tidak akan membahayakan kalian ketika kalian mendapat petunjuk,” (QS. Al-Maidah:105) adalah menjadi ‘saksi atas manusia”. Para dai hanya bertugas memperkenalkan Islam kepada mereka kemudian menyerahkan segalanya kepada mereka. Urusan konversi agama tidak hanya menyangkut iman dan teori. Ini juga menyangkut hubungan sosial dan konsekuensi-konsekuensi selanjutnya. Hidayah hanya datang dari Allah, bukan dari seorang rasul[1].

Gamal al-Banna berubah dari seorang eksklusif menjadi seorang pluralis. Secara sederhana, umat beragama yang eksklusif berpendapat bahwa hanya pemeluk agamanya saja yang selamat dan masuk surga. Di luar lingkungan agama kita, semuanya masuk neraka. Dalam bahasa Gamal al-Banna, seorang ekslusivis merasa “menguasai gudang-gudang rahmat Tuhan” dan menahannya hanya untuk kelompoknya saja. Rahmat Tuhan itu meliputi langit dan bumi, tetapi kasih sayang kaum ekslusivis terbatas pada rumahnya sendiri. Mereka berkata: Yang masuk surga hanya orang Islam saja. Sebagian lagi menyatakan: itu pun tidak semua orang Islam. Umat Islam akan pecah menjadi 73 golongan. Semua masuk neraka, kecuali golonganku. Lebih lanjut, dalam golonganku, semuanya masuk neraka keuali mereka yang ikut kepada Ustaz Fulan saja. Maka rahmat Allah yang meliputi langit dan bumi sekarang diselipkan di sudut surau yang sempit.

Bertentangan dengan kaum eksklusivis adalah kaum pluralis. Mereka berkeyakinan bahwa semua pemeluk agama mempunyai peluang yang sama untuk memperoleh keselamatan dan masuk surga. Semua agama benar berdasarkan kriteria masing-masing. Each one is valid within its particular culture. Mereka percaya rahmat Allah itu luas. “Al-Khalqu ‘iyâli”, firman Tuhan dalam hadis Qudsi. Semua makhluk itu keluarga besar Tuhan. Mereka tidak mengerti mengapa ada manusia yang berani membatasi kasih sayang Tuhan. Mereka heran mengapa ada orang yang mengambil alih wewenang Tuhan. Al-Banna bertanya:

“Keberanian yang luar biasa dalam merampas wewenang Allah! Apakah mereka yang memegang kunci-kunci neraka? Apakah mereka yang menenggelamkan manusia ke dalam neraka? Atas dasar apa mereka membangun kesimpulan itu? Bagaimana kesadaran mereka atas rahmat Allah yang tidak terbatas yang akan membalas satu kebaikan dengan tujuh ratus lipat kebaikan? Kasih sayang seorang ibu hanyalah satu dari seratus kasih sayang-Nya. Dia tidak akan menenggelamkan manusia ke dalam neraka, kecuali manusia-manusia pembangkang yang berbuat kerusakan dan kezaliman di muka bumi ini.”[2]

Pertanyaan Al-Banna adalah juga pertanyaanku sekian lama. Jawabanku sama seperti jawaban Al-Banna. Kasih sayang Tuhan jauh lebih luas dari kasih sayang ibu kepada anak-anaknya. Tetapi apakah itu punya dasar dalam Al-Quran? Dalam tulisan ini, saya ingin menunjukkan sebagian dari dalil-dalil pluralisme dalam Al-Quran dan komentar para ahli tafsir berkenaan dengannya. Saya memilih dua buah tafsir saja. Pertama, Tafsir , yang ditulis oleh Sayyid Husseyn Fadhlullah, tokoh Hizbullah Lebanon, mewakili mazhab Ahlul Bayt; kedua, Tafsir Al-Manar yang ditulis oleh Sayyid Rasyid Ridha, tokoh pembaharu Islam yang dikenal sebagai fundamentalis, mewakili mazhab Ahlu al-Sunnah;

Ayat-ayat Pluralisme

Apakah orang-orang “kafir” –non-Muslim- menerima pahala amal salehnya? Benar, menurut Al-Baqarah 62, yang diulang dengan redaksi yang agak berbeda pada Al-Maidah 69 dan Al-Hajj 17.

“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nashrani, dan orang-orang Shabi-in[3], siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian, dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. “

Sayyid Husseyn Fadhlullah dalam tafsirnya menjelaskan:

Makna ayat ini sangat jelas. Ayat ini menegaskan bahwa keselamatan pada hari akhirat akan dicapai oleh semua kelompok agama iniyang berbeda-beda dalam pemikiran dan pandangan agamanya berkenaan dengan akidah dan kehidupan dengan satu syarat: memenuhi kaidah iman kepada Allah, hari akhir, dan amal saleh (garis bawah dari penulis).

Ayat-ayat itu memang sangat jelas untuk mendukung pluralisme. Ayat-ayat itu tidak menjelaskan semua kelompok agama benar, atau semua kelompok agama sama. Tidak! Ayat-ayat ini menegaskan bahwa semua golongan agama akan selamat selama mereka beriman kepada Allah, hari akhir, dan beramal saleh. Sebagian mufasir yang eksklusif mengakui makna ayat-ayat itu sebagaimana dijelaskan oleh Husseyn Fadhlullah, tetapi mereka menganggap ayat-ayat itu dihapus (mansukh) oleh Ali Imran 85: Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. Mereka bersandar pada hadis –yang lemah- dari Ibnu Abbas (Lihat, misalnya, Tafsir Thabari).

Menurut Sayyid Husseyn Fadhlullah, makna ayat ini tidaklah bertentangan dengan ayat yang kita bicarakan. Karena itu, tidak ada ayat yang dimansukh. Islam pada Ali Imran 85 adalah Islam yang “umum, yang meliputi semua risalah langit, bukan Islam dalam arti istilah”, bukan Islam dalam arti agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw. Kesimpulan itu diambil Fadhlullah dari konteks ayat itu. Pada Ali Imran 19, Tuhan berfirman: Sesungguhnya agama itu di sisi Allah adalah Islam. Menurut Al-Quran, semua agama itu Islam. Ini diperkuat dengan ayat-ayat yang lain: Ingatlah ketika Tuhannya berkata kepadanya (Ibrahim); Islamlah kamu. Ibrahim berkata: Aku Islam kepada Tuhan Pemelihara semesta Alam. Dan ketika Ibrahim dan Ya’qub berwasiat dengannya kepada anak-anaknya: Wahai anak-anaku, sesungguhnya Allah telah memilih bagi kamu agama, maka janganlah kamu mati kecuali kamu menjadi orang-orang Islam (Al-Baqarah 131-132).

Seperti Fadhlullah, saya pun berpendapat bahwa Islam dalam Ali Imran 85 adalah “kepasrahan total” (untuk uraian yang lebih dalam tentang makna “al-din” dan “al-islam” dapat dilihat pada buku Islam dan Pluralisme karya Jalaluddin Rakhmat -peny). Lebih lanjut, Fadhlullah mengatakan bahwa Al-Baqarah 62 dimaksudkan untuk menegaskan unsur asasi yang mempersatukan semua agama dan menjadi syarat untuk memperoleh pahala Allah. Ia menyindir orang yang merasa akan selamat hanya karena nama atau penampilan lahiriah saja. Keselamatan adalah berpegang teguh pada keimanan kepada Allah dan amal saleh. Dalam Al-Quran orang-orang yang berpegang pada keselamatan karena nama disindir sebagai bersandar pada angan-angan: (Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah (Al-Nisa 123)[4].

Ayat ini, Al-Nisa 123, juga disebut oleh Sayyid Rasyid Ridha[5] ketika menjelaskan Al-Baqarah 62:

Artinya: hukum Allah itu adil dan sama. Ia memperlakukan semua pemeluk agama dengan sunnah yang sama, tidak berpihak pada satu kelompok dan menzalimi kelompok yang lain. Ketetapan dari sunnah ini ialah bahwa bagi mereka pahala tertentu dengan janji Allah melalui lisan Rasul mereka.

Ayat ini menjelaskan sunnah Allah swt dalam meperlakukan umat-umat baik yang terdahulu maupun yang kemudian sesuai dengan ketentuan Allah swt: (Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah. Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik ia laki-laki maupun perempuan sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam sorga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun. (Al-Nisa 123-124).

Tidak ada masalah kalau tidak disyaratkan iman kepada Nabi saw. Ayat ini menjelaskan perlakuan Allah kepada setiap umat yang mempercayai Nabi dan wahyunya masing-masing, yang mengira bahwa kebahagiaan pada hari akhirat seakan-akan pasti akan tercapai hanya karena ia Muslim, Yahudi, Nashara, atau Shabiah, misalnya. Padahal Allah berfirman bahwa keselamatan bukan karena kelompok keagamaan (jinsiyyah diniyyah). Keselamatan dicapai dengan iman yang benar yang menguasai jiwa dan amal yang memperbaiki manusia. Karena itu, tertolaklah anggapan bahwa keputusan Allah bergantung pada angan-angan orang Islam dan angan-angan Ahli Kitab. Sudah ditetapkan bahwa keputusan Allah bergantung pada amal baik dan iman yang benar.

Dikeluarkan oleh Ibn Jarir dan Ibn Abi Hatim dari Al-Suddi. Ia berkata: Orang-orang Islam bertemu dengan orang-orang Yahudi dan Nashara. Orang Yahudi berkata kepada orang Islam: Kami lebih baik dari kalian. Agama kami sebelum agama kalian dan Kitab kami sebelum kitab kalian. Nabi kami sebelum Nabi kalian. Kami mengikuti agama Ibrahim. Tidak akan masuk surga kecuali orang Yahudi. Berkata juga orang Nashara seperti itu. Maka berkatalah orang Islam: Kitab kami sesudah kitab kalian, Nabi kami sesudah Nabi kalian, dan agama kami sesudah agama kalian. Kalian telah diperintahkan untuk mengikuti kami dan meninggalkan urusan kalian. Kami lebih baik dari kalian.Kami berada pada agama Ibrahim, Ismail, dan Ishaq. Tidak akan masuk surga kecuali orang yang memeluk agama kami. Allah menolak perkataan mereka dan berfirman: Bukanlah angan-angan kamu dan bukan juga angan-angan Ahli Kitab… Seperti itu juga diriwayatkan dari Masruq dan Qatadah. Juga Al-Bukhari meriwayatkan dalam Al-Tarikh dari hadis Anas sampai kepada Nabi saw: Bukanlah iman dengan angan-angan, tetapi dengan apa yang terhunjam dalam hati dan dibenarkan oleh amal.

Ada orang yang dilalaikan oleh angan-angan akan mendapat ampunan sampai ia keluar meninggalkan dunia tanpa kebaikan padanya. Mereka berkata: Kami berbaik sangka kepada Allah. Mereka bohong. Kalau berbaik sangka kepada Allah pasti mereka beramal baik. Pelajaran yang berharga dari Allah adalah kecamannya kepada orang-orang yang terbuai dengan punya hubungan dengan agama walaupun secara lahiriah. Keterbuaian (bahwa orang akan selamat hanya karena menganut agama Islam –jalal) inilah yang memalingkan mereka dari amal, sehingga merasa cukup dengan menisbahkan dirinya pada kelompok agamanya.

Walhasil, menurut Ridha, orang yang merasa pasti akan selamat hanya karena dia Islam, Nasrani, atau Yahudi adalah orang yang terbuai atau tertipu (mughtarrin) dengan nama. Keselamatan, untuk mengulangi lagi yang sudah terlalu jelas, bergantung pada tiga syarat: keimanan kepada Allah, keimanan pada hari pembalasan, dan amal saleh.

Bantahan Kaum Eksklusivis

Ada tiga cara untuk membantah ayat yang membenarkan pluralisme ini. Pertama, mereka mengatakan bahwa ayat ini sudah dimansukh dengan Ali Imran 85 (Sudah dijawab Fadhlullah di atas). Kedua, ayat ini hanya berlaku untuk orang Yahudi, Nashrani, dan Shabiin sebelum kedatangan Nabi saw. Jadi orang Islam pada zaman Islam, orang Nashrani, Yahudi, dan Shabiin pada zamannya masing-masing akan memperoleh pahala dari amal salehnya. Zaman ini zaman Islam. Karena itu, selain Islam, semua agama kehilangan validitasnya, sebagaimana kedatangan uang Republik menyebabkan uang Belanda tidak berlaku. Argumentasi berdasarkan analogi ini tidak punya dalil yang memperkuatnya dalam Al-Quran dan Sunnah. Sebuah ayat yang bermakna umum tidak boleh diartikan khusus kecuali dengan keterangan yang kuat.

Ketiga, mereka menafsirkan “beriman kepada Allah” sebagai beriman kepada ajaran Islam, karena Allah adalah konsep khusus untuk Islam. Allah adalah Tuhan bagi orang islam. Kristus Tuhan bagi umat Kristiani. Wisnu Tuhan bagi orang Hindu. Dan sebagainya. Erat kaitannya dengan argumentasi ini adalah keimanan kepada hari akhir dan amal saleh. Hari akhir yang harus diimani adalah hari akhir menurut penjelasan syariat Islam. Amal saleh juga adalah amal yang berdasarkan syariat Islam. Dengan penafsiran seperti ini, kita melihat perubahan drastis dari ayat pluralis menjadi ayat eksklusivis. Secara terperinci ayat ini berarti “Sesungguhnya orang-orang Islam, orang Yahudi, Nashrani dan Shabiin yang kemudian masuk Islam (dengan beriman kepada Tuhan orang Islam, dan aqidah Islam serta beramal sesuai dengan syariat Islam) akan memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka”.

Lepas dari redundansi yang menggelikan dari segi bahasa, kita akan membuktikan bahwa menurut Al-Quran Allah itu adalah Tuhan yang sama seperti yang diimani oleh Ahli Kitab bahkan orang musyrik. Simaklah ayat-ayat Al-Quran di bawah ini:

Al-Quran 29:46

“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang yang zalim di antara mereka, dan katakanlah: “Kami telah beriman pada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhamu adalah satu. Dan kami hanya kepadanya berserah diri.

Al-Quran 29:61

“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah”, maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan dari jalan yang benar.

Al-Quran 43:87

“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”. Maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah).

Mengapa Harus Ada Berbagai Agama?

Kalau semua agama itu valid, kenapa Tuhan repot-repot bikin agama yang bermacam-macam. Kenapa tidak dijadikanNya semua agama itu satu saja? Apa tujuan penciptaan berbagai agama itu? Al-Quran menjawabnya dengan indah:

Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki niscaya kamu dijadikanNya satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberiannya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kembali kamu semuanya. Lalu diberitahukannya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu (Al-Maidah 48).

Dari ayat ini kita menyimpulkan beberapa hal:

1. Agama itu berbeda-beda dari segi aturan hidupnya (syariat) dan pandangan hidupnya (aqidah). Karena itu, pluralisme sama sekali tidak berati semua agama itu sama. Perbedaan sudah menjadi kenyataan. 2. Tuhan tidak menghendaki kamu semua menganut agama yang tunggal. Keragaman agama itu dimaksudkan untuk menguji kita semua. Ujiannnya adalah seberapa banyak kita memberikan kontribusi kebaikan kepada umat manusia. Setiap agama disuruh bersaing dengan agama yang lain dalam memberikan kontribusi kepada kemanusiaan (al-khayrat). 3. Semua agama itu kembali kepada Allah. Islam, Hindu, Budha, Nashrani, Yahudi kembalinya kepada Allah. Adalah tugas dan wewenang Tuhan untuk menyelesaikan perbedaan di antara berbagai agama. Kita tidak boleh mengambil alih Tuhan untuk menyelesaikan perbedaan agama dengan cara apa pun, termasuk dengan fatwa.

Wallahu ‘alam bi al-Shawab

[1] Gamal al-Banna, al-Ta’addudiyah fi al-Mujtama’ al-Islamiy. Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Taufik Damas Lc, Doktrin Pluralisme dalam al-Quran. Bekasi: Penerbit Menara, 2006, hal. 38-40 [2] Ibid, hal. 41 [3] Shabiin, berdasarkan kitab-kitab tafsir, bisa menunjuk pada berbagai agama selain Islam [4] Sayyid Muhammad Huseyn Fadhlullah, Tafsir Min Wahy al-Qur’an. Beyrut: Dar al-Malak, 1998, hal. 70. [5] Sayyid Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar. Beyrut: Dar al-Ma’rifah, tanpa tahun. 1:336-338.

Read More......

Tuesday, April 22, 2008

ISLAM YES, MUI NO!

Istilah itu saya temukan pertama kali dalam sebuah milis, dan kalau tidak salah disuarakan oleh teman-teman UIN Aliuddin, Makassar. Terus terang, saya setuju dengan slogan tersebut, Islam Yes, MUI No! Tentu ada beberapa alasan mengapa saya setuju terhadap slogan tersebut. Pertama, saya selalu berkeyakinan bahwa persoalan keyakinan, beragama, bersifat sangat pribadi dan tidak boleh ada campur tangan negara atau pun lembaga lain yang dianggap sebagai representasinya (dalam hal ini, MUI sering sekali dianggap sebagai representasi pemerintah, padahal bukan) kepada siapa pun atau golongan mana pun.

Sudah begitu banyak fakta sejarah yang menunjukkan betapa berbahayanya sebuah kekuasaan politik ketika dia berselingkuh dengan kekuasaan agama. Yang tercipta adalah sebuah kekuasaan absolut. Sedangkan kita tahu, "Absolute power tend to corrupt". Abad pertengahan di Eropa merupakan fakta paling gamblang tentang tesis ini. Raja dan Gereja pada saat itu merupakan "pemilik kebenaran" tunggal. Suara yang berbeda dengan mereka dianggap murtad dan wajid diberangus. Kita tentu telah mendengar bagaimana nasib Copernicus dan Galileo karena praktek tersebut. Kebenaran yang mereka ungkapkan - dan terbukti beberapa abad kemudian - ditentang oleh Gereja, dan mereka dianggap sesat. Dampak lebih jauh terhadap kehidupan masyarakat mudah sekali ditebak. Masyarakat akan terkungkung, tidak hanya dalam aktivitas keseharian mereka, bahkan dalam pemikiran mereka. Akibatnya, Eropa selama hampir 8 abad berada dalam kegelapan. Peradaban mereka jauh tertinggal dari peradaban Islam yang saat itu tengah berkibar. Dan ketika kekuasaan gereja tumbang, masa pencerahan di Eropa pun dimulai. Perlahan namun pasti, peradaban mereka tumbuh dan tidak lebih dari tiga abad kemudian mereka sudah menguasai dunia. Ilmu pengetahuan berkembang pesat, yang diikuti dengan perkembangan sistem pemerintahan, teknologi, sistem hukum, dan lain sebagainya. Dan hingga hari ini, Eropa - bersama-sama dengan Amerika yang sekuler - masih terus menguasai dunia.

Ada satu benang merah yang bisa ditarik dari situ, yakni bahwa kebebasan telah membawa kemajuan peradaban yang luar biasa. Dengan kebebasan, setiap manusia dapat dengan nyaman mengembangkan potensi yang dimilikinya, tanpa rasa takut, hingga dapat mencapai taraf optimal. Dan saya percaya sepenuhnya, kebebasan merupakan pra-syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah bangsa untuk maju. Tanpa kebebasan, tidak akan pernah dicapai kemajuan. Kalau pun maju, itu hanyalah kemajuan semua. Pengalaman komunisme di Uni Sovyet dan negara Eropa Timur lainnya menunjukkan hal tersebut.

Lantas apa hubungannya dengan MUI?

Seperti telah disebutkan sebelumnya, adalah berbahaya ketika penguasa dan agama berselingkuh. Dan fenomena saat ini di Indonesia menunjukkan tanda-tanda bahwa perselingkuhan itu mungkin terjadi, tepatnya antara pemerintah dan MUI. Fatwa sesat yang dikeluarkan oleh MUI terhadap Ahmadiyah telah memicu gerakan-gerakan anarkis dan penuh kekerasan oleh berbagai kelompok Islam terhadap pemeluk Ahmadiyah. Mengerikan tentunya. Bagaimana sebuah bangsa yang terkenal pluralis telah berubah menjadi monster yang mengerikan bagi kelompok minoritas. Dan bagi saya, MUI lah yang paling bertanggung jawab dalam hal ini.

Apa dan siapa MUI sebenarnya? MUI dibentuk oleh pemerintah Orde Baru pada tanggal 26 Juli 1975 sebagai alat legitimasi kebijakan dan tindakan pemerintah pada saat itu. Pembentukannya tidak bisa lepas dari konteks kepentingan politik pemerintah pada saat itu. Menurut mantan Menteri Agama, Munawir Syadzali, fungsi utama MUI adalah untuk menjelaskan kebijakan pemerintah dalam bahasa yang dapat dipahami umat. Dulu, MUI berfungsi memberi fatwa halal pada proyek Keluarga Berencana KB, membenarkan SDSB, dan beberapa kebijakan pemerintah lainnya. Artinya, MUI hanya mengikuti dan memberi cap halal atau Islam bagi kebijakan pemerintah yang dinilai memerlukannya. Memang, beberapa kali sebenarnya MUI juga mengeluarkan fatwa sesat bagi aliran sempalan atau sekte-sekte tertentu. Tapi beda dengan sekarang, mereka yang dulu diaggap sempalan tetap diberi perhatian. Gerakan-gerakan sempalan itu, dulu dilindungi aparat. Ketika itu, aparat sama sekali independen dan MUI juga di bawah kontrol aparat.

Tapi itu dulu. Sekarang, pemerintah yang tampaknya mengikuti MUI daripada MUI yang mengikuti pemerintah. MUI telah bertransformasi menjadi lebih independen sembari terus berupaya mempertahankan eksistensinya. Ya, tentu bagi mereka eksistensi penting. Sebab MUI, di tengah ormas Islam lain (misalkan NU dan Muhammadiyah), dilihat dari sisi historis, jumlah pengikut, jumlah ulama, dan jasanya terhadap republik ini sama sekali tidak ada apa-apanya. Mereka kemudian berusaha keluar dari khittahnya, dengan memanfaatkan iklim demokrasi, mengeluarkan fatwa-fatwa tanpa persetujuan pemerintah. Sungguh berbahaya. Sebab bagaimanapun, nama mereka yang mengandung kata "ulama" dapat menjadi kata sakti yang fatwanya (harus) dipatuhi ummat. Kasus Ahmadiyah telah menunjukkan bagaimana sakti sekaligus berbahayanya fatwa mereka.

Sepak terjang MUI telah membuat makin rancunya kehidupan kenegaraan kita. Hari ini kita melihat bahwa MUI seakan-akan berada di atas negara. Dengan dukungan kaum fundamentalis Islam, fatwa MUI dipaksakan untuk disahkan menjadi hukum oleh pemerintah. Dalam kasus Ahmadiyah, pemerintah dihadapkan pada situasi dilematis, antara menerima desakan MUI atau menolak yang tentunya tidak populer. Di sini, saya mendesak pemerintah untuk menegakkan konstitusi. Dalam UUD 1945 telah secara jelas disebutkan bahwa negara menjamin kebebasan beragama warganya. Maka seharusnya, pemerintah menolak tuntutan tersebut, dan melindungi kebebasan beragama para pemeluk Ahmadiyah.

Lebih jauh lagi, gejolak yang timbul akibat fatwa-fatwa MUI selama ini seharusnya menjadi pelajaran bagi pemerintah, bagaimana berbahayanya MUI bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemerintah harus menertibkan MUI, bahkan bila perlu membubarkannya. Toh saya pikir, Indonesia akan tetap hidup - bahkan dapat lebih baik - tanpa MUI. Dan sejarah telah mencatat itu.

Read More......

Monday, August 6, 2007

Antara Kristenisasi dan Islamisasi

Sekarang sudah bulan Agustus. Tak terasa dua bulan sudah saya meninggalkan Aceh, kembali ke Pulau Jawa. Meski jauh, teknologi saat ini membuat saya tetap dapat mengakses berita Aceh setiap saat. Tadi pagi, saya bukan website Serambi Indonesia, koran lokal terbesar dan paling berpengaruh di Aceh. Beritanya tentang kunjungan Wakil Gubernur Aceh ke daerah perbatasan Aceh-Sumatera Utara. Judul beritanya tidak istimewa - setidaknya menurut saya - namun ada bagian isi yang membuat saya mengernyitkan kening. Silahkan mengkses berita tersebut di sini.

Saya ingat selama saya di Aceh, banyak sekali protes sekaligus tuduhan dari banyak pihak di Aceh menyangkut adanya upaya-upaya kristenisasi yang dilakukan oleh para donor, baik langsung maupun tidak. Bantuan-bantuan yang menyerupai salib, berupa obat-obatan, buku, bahkan sekedar gambar tempel, disinyalir sebagai media dakwah untuk memurtadkan muslim di Aceh. Sampai-sampai, BRR membentuk tim khusus yang bertugas menginvestigasi upaya-upaya pemurtadan yang terjadi. Sedari awal, saya tidak begitu setuju dengan hal ini. Namun karena menurut rekan-rekan di Aceh, masyarakat Aceh sangat sensitif tentang hal ini, dan tidak mungkin kita hanya berpangku tangan, ok lah kita ikuti keinginan mereka.

Sampai saya membaca berita di Serambi hari ini. Saya terkejut dan tidak habis pikir. Bagi saya, upaya menghalalkan diri melakukan sesuatu terhadap orang lain, sembari mengharamkan orang lain melakukan hal yang sama pada diri kita, adalah tindakan yang mau menang sendiri, tidak toleran, dan tidak simpatik. Betul-betul tidak mencerminkan keadilan. Menurut saya, dengan pola pikir dan tindak seperti ini, tidak akan pernah tercipta sebuah keadamaian yang genuine dalam masyarakat kita. Dan inilah salah satu sebab mengapa agama begitu banyak menyebabkan peperangan dan menelan korban selama berabad-abad, dulu bahkan hingga hari ini.

Seharusnya mereka malu. Dan kalau itu benar menurut mereka, maka mereka tidak boleh sama sekali complaint ketika ada upaya yang sama dari orang lain kepada mereka. Dan saya masih tidak juga mengerti...

Read More......